Isi Blog

Monday, October 27, 2014

Chat Chit Chut: Ketika Aku bertualang di Stase Psikiatri

Selamat hari Rabu teman-teman semua! Hari ini saya akan membagi pengalaman saya selama koass (ko assisten). Seperti pepatah lama, guru terbaik adalah pengalaman, tapi nggak semuanya harus kamu alami sendiri supaya kamu jadi tahu, belajar lah dari pengalaman orang lain juga.

Bagi saya, stase psikiatri adalah stase "spesial". Kenapa spesial? Karena pasien yang kita hadapi bukan pasien biasa, tapi pasien yang membutuhkan penanganan "khusus". Pasien gangguan jiwa memang memerlukan pendekatan yang khusus, selain teknik anamnesis yang baik, kita harus menjaga gesture supaya tidak menyinggung perasaan mereka, bayangin aja kalo mereka tersinggung, bisa-bisa kamu nggak dapet informasi, kena gampar iya. Untuk menyelesaikan stase psikiatri, kami diwajibkan untuk mencari simptom (gejala) yang ada di salah satu pasien gangguan jiwa, dibuat laporan, kemudian kami menghadap ke supervisor kami masing-masing dengan pasien yang kami periksa untuk diuji. Teknik mencari simptom sudah diajarkan di buku panduan kalian masing-masing, yang nggak diajarkan buku itu adalah cara untuk membawa pasien kalian maju ke supervisor, saya akui, proses ini cukup tricky, apalagi bila kalian memilih pasien yang moody (seriusan sob? Kalian mempersulit diri kalian sendiri kalau begitu). Mudah-mudahan pengalaman saya bisa membantu kalian:

  1. Sebisa mungkin JANGAN pilih pasien yang moody:
    Saya paham bila kalian ingin berlatih menangani pasien yang moody, atau kalian menganggap pasien yang biasa-biasa saja kurang menantang, tapi tolong mengertilah bila kalian menjalani ujian. Prinsip menjalani ujian adalah: mendapatkan nilai sebaik mungkin dengan usaha seminimal mungkin. Jangan korbankan waktu dan tenaga kalian demi memuaskan rasa haus akan adrenalin.
  2. Siapkan pasien kalian sehari sebelumnya: 
    ini yang biasanya dilupakan oleh para koass. Pasien selalu punya jadwal di RSJ, misalnya minum obat pagi, kegiatan terapi kelompok, atau ECT, kalian harus tahu jadwal pasien kalian masing-masing, berikan pesan pada perawat bangsal bila pasien tersebut akan diajak untuk menemui supervisor pada hari berikutnya, sehingga perawat bangsal dapat membantu menyiapkan pasien untuk kalian. 
    Saya punya contoh yang menarik soal ini. Dulu, saat saya akan mengikuti ujian psikiatri, saya sudah menyiapkan pasien sejak 1 minggu sebelumnya, anamnesis sudah saya buat, pendekatan sudah saya lakukan, laporan sudah saya cetak dengan rapi, satu hal yang saya lupa, memberitahukan perawat bangsal 1 hari sebelum ujian. Alhasil pasien tersebut dijadwalkan untuk mengikuti terapi kelompok pas pada hari saya ujian. Parahnya, dia sempat tidak mau saya ajak untuk menemui supervisor saya. Untungnya, malam sebelum ujian saya sudah merasa bahwa hal ini akan terjadi, saya minta petunjuk dari ibu (yang seorang magister ekonomi) bagaimana cara untuk mengajak seorang pasien gangguan jiwa agar mau diajak ke supervisor. Beliau ini walaupun ilmunya jauh berbeda dengan kedokteran, tetapi sangat mengerti mengenai etika pelayanan. Beliau memberi tips dalam mengajak pasien: yakinkan pasien bahwa apa yang akan kita lakukan semata-mata adalah untuk kesembuhan pasien, bila pasien cepat sembuh, pasien dapat cepat pulang; berlakulah sesabar mungkin dengan pasien, jangan menggunakan kekerasan; intonasi harus seramah mungkin, sehingga pasien nyaman dengan kita. Dengan mengikuti tips-tips ini, akhirnya setelah 15 menit, saya berhasil mengajak pasien untuk menemui supervisor. Sebuah pengalaman yang membuat lutut saya bergetar, hehehe.
  3. Pelajari juga supervisor kalian:
    Supervisor punya kesukaan sendiri-sendiri, ada yang suka kalau kalian menulis dengan runtut GAF pasien dari waktu ke waktu, ada yang suka kalian mengerti betul cara pemberian obat-obat psikiatri sampai dengan efek sampingnya, ada yang suka kalian maju dengan laporan singkat padat dan jelas. Nah, untuk mengetahui hal tersebut, konsultasikan hal ini pada teman koass yang baru saja lewat dari stase psikiatri.
Inilah tips-tips yang bisa saya berikan untuk meringankan "beban" kalian di stase psikiatri. Jujur saya nggak terlalu suka dengan ilmu psikiatri karena "abstrak" banget, akhirnya saya asal lewat saja di stase ini, toh saya nggak berencana berhubungan lebih lanjut dengan pasien-pasien psikiatri. Ternyata kasus psikiatri saya temukan waktu bertugas di Puskesmas. Pergunakanlah waktu kalian di stase psikiatri sebanyak mungkin, bukan hanya ilmunya, tapi juga seni dalam menghadapi pasien psikiatri. Semoga pengalaman saya dapat berguna bagi teman-teman semua. Sampai jumpa lagi ya :D

No comments:

Post a Comment