Science Time!: Rokok Elektrik, Amankah?

Baru-baru ini para anak muda kekinian mulai gandrung menghisap rokok elektrik yang biasa disebut sebagai vapor atau vaporizer. Menurut mereka vapor lebih aman dari rokok konvensional dan lebih keren (walaupun menurut saya yang sangat benci dengan perokok, para perokok elektrik ini semakin alay kelakuannya). Tapi apakah benar vapor lebih aman dari rokok konvensional? Mari cerdaskan dirimu dengan banyak membaca.

Nikotin Memicu Lahirnya Anak Hiperaktif, Bagaimana dengan Nikotin Vapor?

Nikotin telah lama diteliti sebagai biang kerok pemicu berbagai penyakit dan kondisi kesehatan yang tidak baik, termasuk anak hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Keadaan ini bisa dipicu oleh ibu dan ayah yang merokok saat anaknya dalam kandungan. Kalian bisa membaca hal ini dari artikel yang diterbitkan oleh Kate Langley dkk berjudul "Maternal and paternal smoking during pregnancy and risk for child ADHD: a test for causal associations" tahun 2010. Mereka mengujinya dengan orang tua yang merokok konvensional. Lalu pakah hal ini dapat terjadi pada perokok elektrik? 

Tahun 2015, Dani Smith dkk menerbitkan sebuah artikel berjudul "Adult Behavior in Male Mice Exposed to E-Cigarette Nicotine Vapors during Late Prenatal and Early Postnatal Life". Mereka meneliti anak-anak tikus yang lahir dari induk dengan paparan nikotin rokok elektrik pada masa kehamilan. Anak-anak tikus tersebut juga dipaparkan oleh nikotin rokok elektrik selama 14 hari masa awal kehidupan mereka. Hasilnya, tikus-tikus tersebut menunjukkan perilaku hiperaktif pada tes yang dilakukan setelah mekrea dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa nikotin dapat menyebabkan perubahan perilaku bila terpapar pada individu yang sedang mengalami petumbuhan otak. Masa pertumbuhan otak pada manusia berlangsung lebih lama, yaitu sekitar masa kehamilan 8 minggu sampai anak berumur 2 tahun. Lindungi anak-anak anda sejak dalam kandungan dari para perokok alay dan tidak bertanggung jawab.

Vapor Tidak Mengandung Zat Karsinogenik

Oh ya? Kata Siapa? Penelitian mana yang anda baca? Penerbitnya siapa? Akan saya berikan argumentasi yang sudah dipublikasi secara internasional. Leon Kosmider dkk pernah meneliti tentang cairan pelarut nikotin pada rokok elektrik, namanya gliserin dan propilen glikol. Kedua bahan ini akan diteteskan ke ruang vapor untuk pada akhirnya diubah bentuk menjadi asap lewat panas yang dihasilkan dalam ruang vapor. Kalian tahu hasil akhir dari kedua bahan ini? Berbagai molekul carbon berukuran kecil termasuk formaldehida dan asetaldehida, dan kedua zat ini termasuk karsinogen. Mereka menemukan bahwa kadar formaldehida dan asetaldehida akan semakin tinggi bila tegangan dalam alat vapor juga semakin tinggi. Penelitian ini dipublikasikan pada tahun 2014 dengan judul "Carbonyl Compounds in Electronic Cigarette Vapors: Effects of Nicotine Solvent and Battery Output Voltage"    

Uap Vapor Tidak Berbahaya

Ini mungkin dalil dari nabi vapor yang dapat bisikan langsung dari Tuhan vapor sehingga mereka bisa vaping seenak mereka. Saya kasih tahu ya, uap vapor yang kalian kira tidak berbahaya itu saat masuk ke paru-paru mengandung radikal bebas atau oksidan. Oksidan ini akan menimbulkan stress oksidatif di paru-paru. Stress ini pada akhirnya dapat merusak sel paru dan menimbulkan penyakit-panyakit paru. Hal ini dapat kalian baca pada artikel yang dipublikasikan oleh Chad Lerner dkk tahun 2015 dengan judul "Vapors Produced by Electronic Cigarettes and E-Juices with Flavorings Induce Toxicity, Oxidative Stress, and Inflammatory Response in Lung Epithelial Cells and in Mouse Lung"

Itu hanya beberapa dari banyak hal yang disebabkan oleh rokok elektrik atau vapor. Saya hanya belum sempat saja menuliskannya dalam blog ini. Saran saya, berhentilah merokok konvensional dan elektrik. Saya telah melihat banyak pasien menderita dan meregang nyawa di UGD karena rokok. Tapi bila anda terlalu abai dan (maaf) bodoh untuk menerima saran, maka tidak usah merepotkan orang lain dengan merokok sembarangan dan memamerkannya di depan umum.