Kisah yang saya tuliskan kali ini semoga dapat diambil hikamhnya sehingga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua sehingga dapat menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih baik dan lebih santun, aamiin. Pernahkah teman-teman merasa sebal dengan dosen di kampus? Misalnya karena beliau-beliau tidak datang tepat waktu untuk mengajar atau asistensi skripsi, rasanya pasti kesal sekali. Saya pun pernah mengalami hal tersebut, sudah janjian, eh malah ditinggal. Tetapi hal tersebut dapat dimengerti karena para dosen punya kesibukan lain yang lebih mendesak, hitung-hitung belajar sabar. Percayalah, para dosen tidak ada maksud untuk menelantarkan kita, kecuali kalian nakalnya 7 tingkat sehingga mereka malas menemui kalian dan memang berniat untuk tidak meluluskan kalian :D.
Beberapa waktu yang lalu ibu saya mendapat sms dari salah satu mahasiswanya, sebagai informasi, beliau adalah dosen di salah satu perguruan tinggi di Semarang (nama instansi dirahasiakan). Entah kenapa para mahasiswa beliau tingkah polahnya sangat "lucu", bila tidak bisa dibilang menyebalkan, menyebalkan bagi staff pengajar sih, tapi lucu juga untuk kita yang mendengar ceritanya. Kali ini kita akan membahas salah satu "kelucuan" mahasiswa ibuku untuk bahan pelajaran kita semua.
Seperti yang telah disebutkan di atas, si mahasiswa mengirim sms kepada ibu saya, karena ibu saya tidak datang ke kampus seperti yang telah disepakati sebelumnya oleh ibu dan mahasiswa tadi. Isi smsnya adalah sebagai berikut:
Mahasiswa: mohon maaf bu, ibu dimana? Saya sudah menunggu dari jam 8 pagi, kenapa ibu tidak datang?
Serius, dia benar-benar mengirim sms seperti ini, pertama kali saya baca, inilah reaksi saya
Seriusan? |
teryata kegilaan ini terus berlanjut, ibu saya dengan bijak membalas SMS tersebut:
Ibu: mohon maaf dengan sangat, karena ibu mempunyai urusan yang mendesak sehingga tidak bisa menemui anda di kampus
Mahasiswa: bu, apakah ada kata-kata saya yang salah? Saya telah mengorbankan waktu saya untuk dapat bertemu dengan ibu, kenapa ibu malah tidak datang?
Setelah SMS kedua, ibu menyadari ada yang tidak beres dengan otak salah satu anak didiknya dan memutuskan untuk tidak membalas.
Marah sih boleh-boleh saja, tapi lihat lah situasi, siapa objek kemarahanmu, dan bagaimana kamu mengeluarkan amarahmu. Jika di fakultas saya ada yang mengirim SMS seperti ini kepada dosen, sudah dapat dipastikan karirnya berhenti saat itu juga, ibu saya memang terlalu baik hati. Bagaimanapun juga dosen adalah guru kita, untuk dapat mengambil ilmu dari seorang guru, kita harus memposisikan diri kita lebih rendah dari guru tersebut, karena ilmu itu ibarat air, bila kita sebagai gelas memposisikan diri lebih tinggi dari teko (baca: guru) maka mustahil ilmu dapat masuk ke dalam hati serta pikiran kita
Semoga kisah ini dapat kita ambil hikmahnya, selamat berhari Minggu :D
No comments:
Post a Comment