Isi Blog

Saturday, February 27, 2016

Chat Chit Chut: Apakah Membeli Game Bekas=Main Bajakan?

Beberapa hari yang lalu seorang anggota Komunitas 3DS di Facebook yang saya ikuti mengadakan poling untuk mengetahui pendapat para anggota mengenai apakah mereka lebih memilih untuk membeli game bekas atau bermain bajakan saja. Saya saat itu memilih untuk membeli game bekas daripada menggunakan game bajakan. Tetapi setelah itu saya kemudian berpikir ulang, apakah dengan membeli game bekas kita dapat berkontribusi terhadap pihak pengembang game?




Selama ini saya berpikir bahwa membeli game bekas sama saja dengan membeli sebuah mobil. Bila kita tidak mempunyai cukup uang untuk membeli sebuah mobil baru, maka kita dapat membeli mobil bekas yang "biasanya" dijual dengan harga lebih murah. Seorang tanpa pikiran kriminal tidak akan berpikir bahwa ketika dia tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli mobil baru, dia curi saja mobil seseorang, gratis dan tinggal pakai. Hal itu sama dengan kasus game bekas bukan? Menggunakan game bajakan sama saja dengan mencuri karena seorang pembajak megambil paksa karya yang dihasilkan oleh pihak pengembang game untuk dimainkan secara cuma-cuma. Jika kita berpikir lebih lanjut, uang yang kita keluarkan untuk membeli game bekas sama sekali tidak masuk secara langsung ke pihak pengembang game. Apakah hal ini menguntungkan? Bagi kita iya, tapi bagi pihak pengembang game belum tentu. situs VGI pada tahun 2013 sempat menulis sebuah artikel yang membahas mengenai pernyataan CEO Sony Computer Entertainment di E3 bahwa penjualan game bekas baik untuk mereka karena uang yang dihasilkan dalam transaksi jual beli game bekas dapat digunakan pihak penjual untuk membeli game baru. Saya belum mnedapatkan data valid mengenai hal ini, tetapi tidak semua gamer menjual gamenya untuk membeli game baru, kemungkinan lainnya adalah mereka butuh uang atau ingin pensiun ngegame. Jika kita melihat kebelakang, sekitar ahun 2010-2013, banyak artikel mengenai spekulasi tentang penjualan game bekas berdampak buruk terhadap penjualan game baru.



Tahun 2016 seakan-akan topik tersebut meredup. wired.com memberikan opini mengenai hal ini, Mereka menganggap bahwa pengembang game beradaptasi untuk menambah penjualan mereka, misalnya dengan penjualan DLC, digital copy, mikrotransaksi, dll. Hal ini membuat "kerugian" yang dihasilkan dari penjualan game bekas dapat diminimalisir. 

Setelah membaca paparan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa membeli game bekas tetap saja tidak bisa disamakan dengan membeli game baru bila kita ingin memberikan dukungan terhadap pengembang game favorit kita masing-masing, tetapi saya menolak bila jual beli game bekas disamakan dengan pembajakan, masak beli mobil bekas sama dengan curi mobil sih? Mungkin pengembang game memang melihat kita sama dengan para pembajak karena tidak memberikan keuntungan secara langsung kepada mereka (kecuali bila kita tetap membeli DLC yang mereka rilis), tetapi ini semua lebih ke diri kita masing-masing, apakah kita ingin menggunakan barang bekas atau mencuri saja dari orang lain? Gimana dengan pendapat kalian?

   

2 comments:

  1. Asal pas tangan pertama belinya ori ga masalah menurut ane. Jadi bekas tapi ori. Wkwk

    Yang masalah mungkin lisensinya. Satu game untuk satu individu. Kalo game dijual lagi kan lisensinya ga pindah. Yg bekas ini sama aja beli kopian tanpa lisensi. Ini yg bikin rugi para developer. Mungkin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. membeli game bekas menurutku tetap sebuah jalan untuk seorang gamer belajar keluar dari kebiasaan membajak.

      Delete